Minggu, 08 Februari 2015

CIREBON



Cirebon merupakan gerbang utara pintu masuk menuju Jawa Barat sekarang atau Kerajaan Galuh pada masa lampau, melalui pelabuhannya Cirebon sangat berguna pada zamannya. Hingga Belanda pun melihat potensi Cirebon dan di bentuklah Gemeente Cheribon pada masa Hindia Belanda.
Cirebon merupakan kota perpaduan dari berbagai etnis dan budaya baik budaya Sunda, Jawa, Arab, Eropa, maupun Tiongkok. Yang berbaur menjadi satu komunitas etnis caruban / campuran. Sangat di sayangkan ketika penduduk di sini red:Cirebon di anggap oleh sebagian besar masyarakat Jawa Barat sebagai Suku Jawa dan menganggap bukan bagian dari Sunda, mungkin di lihat dari bahasa harian yang sering digunakan oleh sebagian masyarakat disini. Tapi tahukah kosakata dalam bahasa yang digunakan masyarakat di Cirebon adalah kata-kata serapan dari berbagai bahasa yang telah lama beredar di daerah ini.
Seperti :
  • kata Pragat yang di serap dari bahasa Arab yaitu farogho yang berarti selesai
  • kata Taocang yang di serap dari bahasa Tiongkok yang berarti kuncir
  • kata Sonder yang di serap dari bahasa Belanda yang berarti tanpa
dan tentunya bahasa yang di gunakan oleh masyarakat Cirebon agak berbeda dengan bahasa Sunda atau Jawa pada umumnya. Bahkan mereka red: orang sunda / jawa yang tidak pernah mendengar bahasa ini tidak akan mudah untuk memahami perkataannya meskipun kata-kata dari bahasa sunda dan bahasa jawa lebih mendominasinya.


Dengan perpaduan berbagai budaya menjadikan Cirebon berbeda dengan yang lainnya.
Saat ini Cirebon telah berkembang pesat dengan tumbuhnya banyak gedung-gedung, baik gedung pusat pembelanjaan, perhotelan, maupun gedung-gedung perkantoran, dengan pendapatan asli daerah sing: PAD yang cukup besar dibanding kabupaten/kota di Jawa Barat bagian timur lainnya.
Cirebon sendiri menjelma menjadi kota metropolis yang luas wilayahnya hanya 37,54 km2 dengan lokasi yang strategis diantara persimpangan yang menuju tiga kota besar lainnya, dan didukung dengan berbagai infrastruktur terintegritas seperti Stasiun, Terminal ,Pelabuhan, dan Bandar Udara yang dulu pernah melayani penerbangan rute komersil dalam negeri.


Cirebon juga memiliki nilai historis bagi perkembangan islam di wilayah Jawa bagian barat, dengan bukti bangunanKeraton Kasepuhan yang masih eksis keberadaannya hingga sekarang, dan juga memiliki nilai historis pada masa kemerdekaan Republik Indonesia dengan di bangunnya Tugu Proklamasi di daerah Kejaksan yang mana proklamasi kemerdekaan pernah di bacakan oleh dr. Sudarsono pada tanggal 15 Agustus 1945 di sekitar Alun-alun Kejaksan Kota Cirebon.
tq.

Minggu, 01 Februari 2015

Sunan Gunung Jati

Syeikh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Djati dilahirkan di Mesir. Dari ibu yang bernama Syarifah Mudaim atau yang kita kenal dengan nama Nyai Mas Rarasantang putri dari Prabu Siliwangi penguasa tatar sunda, bersama sang ayah Raja Abdullah sang sultan dari Mesir.


Syarif Hidayatullah kecil belajar berbagai disiplin ilmu di dataran Arab hingga ia dewasa dan di ajak oleh ibunya untuk menyebarkan Islam agama rahmatan lil 'alamin di tanah Pasundan dengan tujuan agar ayahnya sang penguasa Pajajaran memeluk Islam. Setelah Syarif Hidayatullah datang ke wilayah Pajajaran bersama ibunya mereka di sambut oleh Mbah Kuwu Sangkan yang tidak lain adalah kakak dari Nyai Mas Rarasantang atau paman dari Syarif Hidayatullah yang memiliki nama Raden Walangsungsang atau Maulana Insan Kamil atau Shomadullah yang bergelar Pangeran Cakrabuana yang menikahi putri dari tetua pedukuhan di wilayah pesisir utara Kerajaan Galuh.


Syarif Hidayatullah menetap dan dinikahkan dengan Nyai Mas Pakungwati oleh pamannya yang tidak lain adalah saudara sepupunya.


Islam di kawasan pesisir Kerajaan Galuh yang berada dalam otoritas Kerajaan Pajajaran tumbuh semakin pesat meskipun sang kakek dari Syarif Hidayatullah yaitu Prabu Siliwangi tidak mau mengikuti ajarannya, tapi ia tidak menghalang - halangi cucunya untuk menyebarkan Islam di wilayah kerajaan nya. Dan bahkan jauh sebelum Syarif Hidayatullah datang ke Pasundan, Islam sudah tersebar di kawasan pesisir utara Galuh dengan adanya Seikh Datuk Kahfi Ulama dari dataran Arab.


Dan pada akhirnya berdirilah Kerajaan Islam Pertama di tanah Pasundan.